Senin, 15 April 2013

DUNIA DI MATA SALAF (bagian 1)


Ambisi Manusia Terhadap Dunia
Wahai saudaraku muslim! Lihatlah, semburat sinar matahari baru saja nampak di ufuk timur, embun pagi masih menetes di ujung dedaunan, bersamaan itu engkau akan menjumpai manusia berduyun-duyun keluar untuk mengais rizki, untuk mendapatkan sedikit dari karunia ilahi.
Akan tetapi kita berhenti tertegun, heran di hadapan sebagian manusia yang rakus, sangat berambisi untuk selalu mendapatkan tambahan, tambahan dalam kehidupan dunia, tambahan dalam harta benda yang hendak mereka tumpuk sebagai barang simpanannya !
Ibnu Qoyyim menuturkan: “At-Takatsur (bermegah-megahan) yaitu seseorang yang sangat berambisi dan senantiasa berusaha agar menjadi manusia yang terbanyak pendapatannya, manusia yang terbanyak harta bendanya dari pada selainnya. Beliau melanjutkan: “Dan sifat ini merupakan perangai tercela, kecuali dalam perkara yang dapat mendekatkan diri kepada Allah ?.
Wahai saudaraku sekalian ! Cinta terhadap kemewahan adalah satu penyakit yang banyak menjangkiti manusia sekarang ini sampai-sampai mereka enghalalkan segala cara untuk mendapatkan kehidupan yang hina lagi fana pasti akan binasa ! hal ini merupakah perkara yang ditakutkan Rasulullah ? menimpa para sahabatnya, Rasulullah ? bersabda:
“Bukanlah yang aku takutkan kefaqiran menimpa dirimu, akan tetapi yang aku takutkan adalah sikap bermegah-megahan melampaui batas” (HR.Ahmad, Ibnu Hiban dan Hakim, disebutkan dalam kitab “shahih targhib wa tarhib” oleh Syaikh Al-Albani no: 3256)
Sungguh penyakit yang satu ini merupakan penyakit yang sangat berbahaya, betapa tidak, seorang yang terjangkiti penyakit ini akan lupa tujuan ia diciptakan di dunia, ia beranggapan dunia merupakan tempat segala-galanya, kesenangan, kebahagiaan, kemewahan, dia lupa bahwa dia hidup di dunia ini hanya sementara, ia hidup di dunia bagaikan seorang musafir dalam perjalanan, walaupun ia singgah di tempat yang hijau, sejuk, rindang dan menyenangkan, akan tetapi hal itu hanyalah tempat singgah sementara, tempat tujuan sebenarnya adalah tempat yang ia tuju, negeri akhirat yang tidak akan pernah binasa kekal selama-lamanya. Oleh karena itu, Rasulullah ? pernah bersabda mensifati bagaimana kerusakan seorang yang tertipu dengan gemerlapnya kehidupan dunia, beliau bersabda:

“Tidaklah kerusakan yang ditimbulkan dua serigala lapar yang dilepas di tengah-tengah kumpulan kambing itu lebih jelek akibatnya dari pada kerusakan yang ditimbulkan hasrat manusia kepada harta benda dan berlebih-lebihan dalam beragama ! (HR. Tirmidzi dan Ibnu Hibban dan disebutkan di dalam kitab “shahih targhib” oleh Syaikh Al-Albani no: 3250)

Janganlah engkau terus-menerus mengejar kehidupan dunia yang tidak akan kekal selamanya. Akan tetapi hiduplah di dunia sebagai jalan untuk meraih keridhoaan-Nya, janganlah sekali-kali kau jadikan kehidupan dunia sebagai kebahagiaan yang menipumu, jadikanlah kehidupan dunia sebagai jalan untuk meraih kebahagiaan yang hakiki: taat kepada Allah serta merasakan kelezatan dengan bermunajat di hadapan-Nya, yang nanti akan berujung pada kebahagiaan nan kekal, surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya.


“Seorang yang kaya itu bukan karena banyaknya harta benda akan tetapi kaya sesungguhnya adalah kaya hati”



Tidak ada komentar:

Posting Komentar