Sabtu, 27 Agustus 2011

Protokol Zion di Indonesia


Perbincangan bertema Yahudi, Zionisme dan Israel di kalangan Islam Indonesia cenderung dipengaruhi oleh buku Protokol-Protokol Para Sesepuh Zion dan tulisan antisemitis Barat lainnya. Setelah perjanjian perdamaian antara Israel dan Organisasi Pembebasan Palestina ditandatangani (September 1993), majalah Panji Masyarakat dan Al-Muslimun memuat laporan khusus tentang Yahudi dan Zionisme yang tidak hanya berisi opini dan analisa situasi politik saja tetapi juga menguraikan lagi tentang konspirasi Yahudi berdasarkan Protokol-Protokol sebagai "bahan bukti".Tidak mudah memastikan sejak kapan buku tersebut diketahui di Indonesia. Menurut laporan di Panjimas tadi, majalah ini pernah memuat artikel panjang mengenai "Ancaman Ular Simbolik Yahudi" (salah satu tema dari Protokol-Protokol) pada tahun pertama penerbitannya, yaitu 1959.[7] Dan itu pun mungkin bukan tulisan pertama tentang konspirasi rahasia Yahudi untuk menghancurkan Islam. Namun jika dicermati pada dasawarsa 1950-an dan 1960-an tulisan serupa ini belum banyak mendapat perhatian.

Senin, 15 Agustus 2011

Dari Manakah Asalnya Beduk ?


 Pertanyaan :
[Seorang mantan Pandita Hindu ditanya]
Dari manakah asalnya beduk ?
Jawab :
Sebagian sekte Hindu beranggapan bahwa dhak(beduk) itu semula dibawa Dewa-dewa dari Swarga. Di kuil Iswara di Helebeid Maisur India yang dibangun Raja Narasingha (1136-1171) dilukiskan para Dewa membawa beduk. Dewa Surya menghentikan keretanya tepat tengah hari, sehingga segala pekerjaan harus dihentikan sebab akan keluar Dewa-dewa jahat. Untuk tanda meninggalkan pekerjaan, sejak itu dipukullah dhak (beduk). Dalam Surya Deul (pura hitam) di Konara Orissa, dipatungkan kereta Surya tengah berhenti.
Ketika Islam tersebar di Asia Tenggara dan sekitarnya, banyak kuil-kuil berbeduk yang dijadikan masjid. Beduk dalam kuil tersebut tidak disingkirkan tetapi dimanfaatkan, hanya cara dan waktu menabuh beduk itu disesuaikan dengan shalat lima waktu.

Jumat, 12 Agustus 2011

Tradisi Masyarakat Islam Yang Bersumber Dari Ajaran Agama Hindu (bagian 2)


3. Tentang Wanita Hamil
Selama bayi dalam kandungan dibuatkan tumpeng selamatan (telonan, tingkepan). [Hal ini] terdapat dalam kitab Upadesa hal. 46. Dan setelah bayi lahir, ari-ari[nya] terlebih dahulu dibersihkan dan dicampurkan dengan bunga, dan kemudian dimasukkan dalam kelapa/kendil untuk kemudian ditanam. Bila perempuan di kiri pintu, bila laki-laki di kanan pintu dan diadakan genduri (sepasar, selapan, telonan, dst)
Tentang bunga:
Putih : Dewa Brahma
Merah : Dewa Wisnu
Kuning : Dewa Syiwa

Kamis, 11 Agustus 2011

Sejarah lahirnya tahlilan dalam upacara kematian


Perintis, pelopor dan pembuka pertama penyiaran serta pengembangan Islam di pulau jawa adalah para ulama/mubaligh yang berjumlah sembilan, yang popular dengan sebuatan wali songo. Atas perjuangan mereka, berhasil mendirikan sebuah kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa yang berpusat di Demak Jawa Tengah.

Para ulama yang sembilan dalam menyiarkan dan mengembangkan Islam di tanah Jawa yang mayoritas penduduknya beragama Hindu dan Budha mendapat kesulitan dalam membuang adat istiadat upacara keagamaan lama bagi mereka yang telah masuk Islam.

Para ulama yang sembilan (wali songo) dalam menangguangi masalah adat istiadat lama bagi mereka yang telah masuk Islam terbagi menjadi dua aliran yaitu ALIRAN GIRI dan ALIRAN TUBAN.

Rabu, 10 Agustus 2011

Tradisi Masyarakat Islam Yang Bersumber Dari Ajaran Agama Hindu (bagian 1)



Banyak upacara adat yang menjadi tradisi di beberapa lingkungan masyarakat Islam yang sebenarnya tidak diajarkan dalam Islam. Tradisi tersebut ternyata bukan bersumber dari agama Islam, tetapi bersumber dari agama Hindu. Agar lebih jelasnya dan agar umat Islam tidak tersesat, marilah kita telah secara singkat hal-hal yang seolah-olah bermuatan Islam tetapi sebenarnya bersumber dari agama Hindu.

1. Tentang Selamatan yang Biasa Disebut GENDURI [Kenduri atau Kenduren]
Genduri merupakan upacara ajaran Hindu. [Masalah ini] terdapat pada kitab sama weda hal. 373 (no.10) yang berbunyi “Antarkanlah sesembahan itu pada Tuhanmu Yang Maha Mengetahui”. Yang gunanya untuk menjauhkan kesialan.

ACARA KEMATIAN 7, 40, 100, 1000 HARI ADALAH DARI AJARAN HINDU



Bismillah,

Kita mengenal sebuah ritual keagamaan di dalam masyarakat muslim ketika terjadi kematian adalah menyelenggarakan selamatan kematian/kenduri kematian/
tahlilan/yasinan (karena yang biasa dibaca adalah surat Yasin) di hari ke 7, 40, 100, dan 1000 harinya. Disini kami mengajak anda untuk mengkaji permasalahan ini secara praktis dan ilmiah.

Setelah diteliti ternyata amalan selamatan kematian/kenduri kematian/tahlilan/yasinan (karena yang biasa dibaca adalah surat Yasin) di hari ke 7, 40, 100, dan 1000 hari, bukan berasal dari Al Quran, Hadits (sunah rasul) dan juga Ijma Sahabat, malah kita bisa melacaknya dikitab-kitab agama hindu.